Cara Budidaya Patin Albino Mudah Untuk Pemula

Patin atau jambal adalah ikan asli sungai di Indonesia. Ikan dengan nama ilmiah Pangasius djambal ini terdapat di sungai-sungai besar di Jawa, Kalimantan dan Sumatera.

Ikan yang dapat tumbuh sampai 1,2 meter dengan berat maksimal sekitar 45 kg ini merupakan ikan konsumsi yang paling digemari di Kalimantan dan Sumatera.

Ikan yang berwaarna putih atau albino juga laku keras sebagai ikan hias, baik untuk dipelihara di akuarium maupun di kolam.

Ikan ini merupakan ikan pemakan segala bahan makanan, termasuk udang moluska. Meski demikian, ikna patin bukanlah karnivora sehingga tidak memakan ikan lain walaupun berukuran kecil sekalipun.

Sayangnya, ikan ini belum dapat dipijahkan secara alami sehingga harus menggunakan metode kawin suntik.

a. Membedakan jantan dan Betina

Untuk membedakan jenis kelamin ikan tidakk bisa hanya sekilas secara visual. Akan lebih mudah untuk membedakan jenis kelamin ikna yang sudah mempunyai berat setidaknya 2 kg.

Induk betina :

Umur 3 tahun, berat tubuh sekitar 1,5-2 kg, perut membesar ke arah anus , bila diraba bagian perut terasa halus dan empuk, kloaka (anus) membengkak dan berwarna merah tua, kulit pada bagian perut lembek dan tipis, bila perut ditekan ke arah anus akan mengeluarkan telur.

Induk jantan :

Umur 2 tahun, ukurannya sama dengan betina sekitar 1,5-2 kg, bila diurut bagian perut ke arah anus akan keluar sperma berwarna putih pekat.

Karena tujuan pemijahan untuk mendapatkan patin albino maka kedua induk yang digunakan haruslah albino juga.

b. Bak Pembesaran Ikan

Jika belum mempunyai ikan yang siap disuntik maka Anda dapat membesarkan ikan patin muda (berukuran 40-50 cm atau berat sekitar 1-2 kg) di bak pembesaran.

Bak pembesaran ikan sebaiknya dari kolam semen dengan ukuran 3 x 2 x 1,5 meter dengan kepadatan ikan sekitar 10-20 ekor.

Selama pembesaran, ikan harus diberi pakan 2 kali sehari dengan pakan berupa pelet yang berkualitas untuk mempercepat pertumbuhan. Untuk menambahkan protein dapat diberi pakan berupa udang yang dicacah atau ikan runcah.

c. Kanulasi

Kanulasi adalah teknik budidaya perikanan dengan tujuan untuk melihat kesiapan telur sebelum dibuahi oleh pejantan.

Ambil induk yang diperkirakan sudah matang kelamin dan masukkan selang kecil ke dalam saluran oviduct atau alat kelamin induk betina sedalam 3 cm, kemudian sedot dengan mulut atau pipet secara hati-hati.

Selanjutnya akan keluar beberapa telur didalam pipet atau selang kecil. Telur yang sudah matang dan siap dipijahkan berwarna agak kekuningan, bentuk bulat dan tidak mudah pecah bila dipegang dengan 2 jari.

Setelah yakin benar bahwa telur sudah matang, lakukan proses penyuntikan hormon.

d. Penyuntikan Hormon

Penyuntikan induk betina dilakukan dua kali. Penyuntikna pertama dilakukan pada siang hari jam 11.00 dengan satu dosis ekstrak hipofisa dan 300 IU HCG. 

Penyuntikan kedua dilakukan 10 jam kemudain dengan 3 dosis ekstrak hipofisa dan 500 IU HCG. Penyuntikan dilakukan dibagian punggung ikan dengan menggunakan jarum 0,12 ml.

Selang 8-12 jam setelah penyuntikan kedua, siap dilakukan pengurutan telur dan sperma pada masing-masing indukan.

Stripping atau pengurutan dilakukan dengan cara hati-hati dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. Tampung telur hasil striping dalam sebuah baskom. 

Di saat bersamaan, urut perut ikan jantan dan kemudian tampung spermanya di baskom yang sama dengan yang digunakan untuk menampung telur induk betina.

Agar aktifitas sperma meningkat, tambahkan NaCl 7% sekitar 0,1 mm, kemudian aduk dengan bulu ayam steril sehingga semua telur terbuahi. Selanjutnya masukkan telur yang sudah dibuahi kedalam akuarium.

e. Pembesaran Benih

Sekitar 28 jam setelah pembuahan, telur akan menetas. Cadangan makanan (egg yolk) akan habis dalam 1-2 hari sehingga burayak harus diberi makanan berupa kuning telur rebus.

2 minggu kemudian, benih ikan dapat diberi pakan kutu air atau jentik-jentik nyamuk. Ikan yang sudah berumur 17-18 hari dapat dibesarkan di bak semen atau kolam tanah seperti pada pembesaran ikan koi.

f. Fase Kritis

Dalam budidaya ikan ini, hampir semua fase krisisnya sama, bahkan mulai dari pengurutan atau striping indukkan. Fase penetasan dan pembesaran juga memiliki presentase kegagalan yang tinggi. 

Tetapi dengan pengalaman metode kawin suntik, diharapkan setelah 2-3 kali usaha, peternak dapat menguasai berbagai tahap pemijahan.

g. Peluang Pasar

Ikan ini mempunyai pangsa pasar yang bagus, baik untuk konsumsi maupun sebagai ikan hias. Patin albino biasanya laku keras sebagai ikan hias, sedangkan patin hitam lebih sesuai sebagai ikan konsumsi.