Cara Budidaya Sotong Lengkap dan Jenis-Jenisnya

Sotong (cuttlefish) dan cumi-cumi (squid) adalah salah satu komoditas perikanan non-ikan yang telah dikonsumsi oleh penduduk di Indonesia yang bermukim di pesisir dan pulau-pulau sejak dulu. 

Sebagai bahan pangan hewani dari laut (sea food), keunggulan sotong dan cumi-cumi adalah hampir semua bagian tubuhnya dapat dimakan, yakni mencapai 80%. Sementara sebagai perbandingan , pada beberapa jenis ikan , bagian yang dimakan hanya 40-70%. 

Selain itu, sotong dan cumi-cumi mengandung zat-zat gizi yang sangat lengkap serta mengandung asam lemak tidak jenuh, khususnya jenis-jenis omega 3 yang sangat bermanfaat untuk kesehatan.

Di pasar internasional, sotong, cumi-cumi dan gurita (octopus) diperdagangkan dalam bentuk segar, dingin, beku dalam air asin atau kering asin dan kalengan. 

Negara-negara yang banyak mengekspor produk chephalopoda (sotong, cumi-cumi dan gurita) adalah Thailand, Maroko, Mauritania, Spanyol, Polandia, Selandia Baru, Korea selatan, Argentina, Taiwan dan India. Indonesia belum tercatat sebagai negara pengekspor penting.

Sotong mulai dibudidayakan, termsuk di Indonesia. Spesies sotong yang dikembangkan di Indonesia adalah sotong buluh atau sotong karang (Sepioteithis Lessoniana). Pembesaran sotong buluh dirintis Oleh Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) Maros, Sulawesi Selatan, dengan sistem keramba jaring apung (KJA). 

Usaha ini berhasil dengan baik. Prcobaan pembenihan sotong dilakukan oleh Instalasi Pengembangan dan Pengkajian Teknologi Pertanian (InPPTP) Tanjung Pinang, Balai Pennelitian dan Pengembangan (Litbang) Sumber daya Laut, Puslit Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon dan Bali Penelitian Perikanan Laut Bojonegara Banten.

A. Mengenal Sotong

Habitat atau tempat hidup sotong adalah teluk dan laut terbuka. Beberapa hidup di laut dalam. Sotong umumnya bersifat hewani demersial (hidup di dasar), suka hidup menyendiri (soliter) dan lebih menyukai habitat di sekitar karang, paparan lamun dan batu-batuan di dasar perairan. 

Pada malam hari sotong aktif bergerak dan bermigrasi vertikal mencari mangsa. Sotong dan chephalopoda umumnya bersifat fototaxis positif, suka atau tertarik mendekati cahaya. Sifat inilah yang dimanfaatkan oleh nelayan untuk menangkapnya di malam hari dengan lampu sinar petromaks. 

Bila merasa terancam, sotong akan bergerak mundur secara cepat dengan menyemburkan air dari dalam rongga mantel melalui sifon atau menyemburkan tinta yang berwarna hitam kebiruan. Setelah disemprotkan, cairan tinta tersebut tidak segera larut, tetapi tepat menggumpal. 

Pada saat itu pula, sotong akan segera meninggalkan tempat. Komponen yang mendukung cairan tinta ini adalah thymol alanine sebesar 74-76%. Jenis tertentu bahkan dengan mengubah warna tubuhnya sesuai dengan warna lingkungannnya.

Sotong mempunyai kemampuan berenang paling menonjol berkat sirip lateral yang panjang dan lentur yang dibantu dengan kemampuannya menghasilkan semburan air dari rongga mantel melalui sifon.

Sotong dan chephalopoda umumnya adalah pemangsa (predator) aktif yang memangsa ikan-ikan kecil, udang, gastropoda dan bivalvia. Sotong mencari mangsa di dasar perairan berpasir atau berbatu karang. Pada malam hari sotong bermigrasi vertikal di dekat permukaan untuk mencari makan.

Sotong dan chephalopoda umumnya dalah hewan yang mempunyai kelamin terpisah dan memperlihatkan sifat dimorfi seksual. Sotong betina umumnya berukuran lebih besar dari yang jantan. 

Dan terutama pada saat matang gonad, tubuh bagian belakangnya membesar. Sotong mempunyai alat untuk memindahkan sperma kepada pasangannya, namanya hectocotylus, yang sebenarnya merupakan salah satu lengan yang mengalami perubahan bentuk (modifikasi). Musim kawin sotong terjadi pada permulaan musim penghujan dan awal musim kemarau.

Sotong dapat memijah beberapa kali selama hidupnya. Telur yang keluar dari ovarium diliputi membran liar berbentuk kerucut (chorion). Telur sotong berbentuk seperti buah anggur, dilekatkan pada batu-batuan atau benda lainnya, bahkan sering dilekatkan begitu saja pada pasir di dasar perairan.

Sotong maupun chephalopoda lainnya tidak mengenal kehidupan larva. Itu berarti, begitu menetas, sotong langsung berbentuk seperti induknya.

Sebagai komponen biotik dalam ekosistem laut, "anak" sotong juga menjadi mangsa dari organisme laut lainnya. Jenis pemangsa yang menyukai "anak" sotong dan cumi-cumi adalah lumba-lumba, anjing laut, singa laut, ikan paus, burung laut dan ikan-ikan predator lainnya.

Sotong yang mempunyai nilai ekonomi dari suku Seplidae, Sepiadariidae dan Sepiolidae. Namun, di Indonesia, hanya jenis-jenis dari suku Sepiidae, marga Sepia dan Sepiella yang biasa dimanfaatkan. Marga satunya dari suku Sepiaidae-Hemisepius-belum bernilai ekonomi.

Secara umum jenis sotong dari suku Sepiisae dicirikan dengan mantel yang lebar dan kokoh, agak gepeng, dan sisi kiri kanannya terdapat sirip yang panjangnya kurang lebih sama dengan panjang mantel. 

Mata tertutup membran kornea. Warna tubuhnya bermacam-macam, cokelat, cokelat kemerahan, cokelat keunguan, kehitaman, kuning dan merah, dengan merah sebagai warna yang dominan. 

Berikut dijelaskan beberapa jenis sotong bernilai ekonomi dari marga Sepia, Sepiella dan Sepiotethis.

Sepia Aculeata

Sotong jenis ini mempunyai mantel yang lonjong membundar dengan panjang mencapai 25 cm. Permukaan mantel berpola jala serta berwarna gelap. Sirip sempit, sepanjang pangkalnya bergaris putih atau pucat. Tersebar di Laut Jawa dan Selat Malaka.

Sepia Breviman

Sotong spesies Sepia Brevimana mempunyai mantel berbentuk bundar telur dan lebar serta bagian belakangnya memanjang (yang disebabkan oleh kepingan kapur sepion yang berduri panjang di belakang ujung belakangnya). 

Panjang mantel 5-10 cm. Pada jantan, sepion-nya lonjong agak ramping dan permukaan atasnya berbintil-bintil kasar yang tersusun dalam tiga garis memanjang, sedangkan pada betina, sepion-nya berbentuk agak kurang lonjong serta permukaan atasnya tidak berbintil-bintil kasar. Tersebar di Selat Malakan dan perairan Pantai Barat Sumatera.

Sepia Latimanus

Sotong Sepia Latimanus mempunyia mantel bundar telur, biasanya bercak-bercak kehitaman, dan panjang sampai 50 cm. Tepi atas mantel bagian muka menjorok tumpul. Ditemukan di Indonesia, tetapi belum ada data yang valid mengenai di perairan mana keberadaan sotong ini.

Sepia Lycidas

Sotong spesies Sepia lycidas seperti Sepia Latimanus, yang mempunyai mantel berbentuk bundar dan tepi atas bagian muka menjorok tumpul. Akan tetapi, perbedaannya, permukaan mantel ini bercorak-corak bundar telur dan panjangnya menjadi 40 cm. Dapat ditemukan di perairan laut Kalimantan Utara.

Sepia Pharaonis

Sotong spesies Sepia pharaonis juga mempunyai mantel yang berbentuk bundar telur. Panjang mantel pada sotong jantan samapi 45 cm, sedangkan pada betina hanya mencapai 35 cm. Tepi bagian atas bagian muka lebar dan tumpul. 

Sirip agak lebar, kepala agak besar dan gepeng, dan matanya agak besar dengan kelopak yang lebar. Lengan dilengkapi bintil-bintil isap empat baris. Mantel, kepala dan lengan bercorak loreng-loreng cokelat tua kemerahan. Belum jelas berada diperairan manakan spesies ini.

Sepia Recurvirostris

Sotong spesies Sepia recurvirostris mempunyai bentuk mantel lebar bulat telur dengan panjang mencapai 18 cm. tepi atas mantel bagian muka menjorok tumpul. Dapat ditemukan di Laut Jawa.

Sepiella Inermis

Sotong Sepiella inermis mempunyai mantel bulat telur, agak lonjong dan panjangnya sampai 12,5 cm, serta tepi atas bagian mukanya menjorok tumpul. 

Sirip sempit dibagian muka dan melebar ke belakang, sepanjang sirip bertotol-totol merah atau kemerahan. Dapat ditemukan di Selat Malaka dan Laut Jawa.

Sepioteuthis Lessoniana

Sotong ini disebut sotong buluh atau sotong karang (Sepioteuthis lessoniana). Sotong buluh merupakan spesies yang berukuran paling besar. Mantelnya bisa mencapai 26 cm dan beratnya mencapai 1,8 kg. 

Sotong buluh hidup bergerombol di perairan pantai dan memijah di lokasi yang banyak terdapat rumput laut dengan kedalaman 2-10 meter. Sotong buluh bernilai ekonomis tinggi di pasar internasional.

B. Benih Sotong

Benih sotong untuk budidaya dapat bersal dari penangkapan di alam dan pembenihan di hatchri. Hingga saat ini, belum ada hatchri di Indonesia yang berproduksi benih sotong secara komersial.

C. Budidaya Sotong

Spesies sotong yang dibudidayakan di Indonesia adalah sotong buluh atau sotong karang (Sepioteuthis lessoniana). 

Sotong dapat dibudidayakan di KJA da JKD, yang ditempatkan di daerah-daerah terlindung, seperti teluk, selat, dan perairan terbuka dengan terumbu karang penghalang (barrier reef) yang cukup panjang.

Lokasi yang dipilih untuk penempatan sarana produksi harus memenuhi syarat kehidupan sotong. Beberapa parameter air yang perlu diperhatikan adalah kandungan oksigen (O2) tidak kurang dari 4 ppm, suhu 27-32 derajat celcius, salinitas 28-35 ppt, pH 7-8, dan tidak tercemar, baik oleh limbah industri, limbah rumah maupun limbah pertanian.

Benih sotong ditebar dengan kepadatan 50-100 ekor permeter persegi untuk benih berumur 40-50 hari atau berukuran panjang 2-2,5 cm. 

Selama pemeliharaan, sotong diberi pakan berupa daging cumi-cumi (Logilo sp), daging udang, dan ikan sebanyak dua kali sehari. 

Pemberian pakan dilakukan sampai sotong tidak lagi memakan pakan. Pemberian pakan perlu diperhatikan agar semua sotong dapat memangsa pakan. Sotong adalah hewan yang kanibal (saling memangsa) dan sifat kanibal itu meningkat pada sotong yang kelaparan.

Lama pemeliharaan untuk menghasilkan sotong ukuran konsumsi antara 3-4 bulan. Sotong yang dipelihara selama 3-4 bulan telah mencapai ukuran 150-200 gram per ekor. 

Untuk menghasilkan sotong yang lebih besar, misalnya antara 400-500 gram, maka waktu pemeliharaannya diperpanjang hingga 7-8 bulan.

D. Panen dan Penanganan Hasil

Sotong yang dibudidayakan di KJA dan JKD mudah untuk dipanen dengan mengangkat jaring keramba. 

Hasil panen kemudian di tampung di wadah yang bersih dan diangkut ke pembeli atau ke pasar.