Teknik Penangkaran Penyu Lengkap

Budidaya penyu di Indonesia masih sebatas menetaskan telur dan membesarkan tukik (anak penyu) selama 3-6 bulan. 

Tukik tersebut kemudian dilepaskan ke laut untuk restoking. Dengan demikian budidaya penyu masih sebatas kegiatan konservasi, belum mengarah usaha komersial. 

Kegiatan tersebutpun masih terbatas di wilayah konservasi.

Daerah-daerah yang selama ini dikenal sebagai wilayah konservat atau wilayah perlindungan dan pelestarian bagi penyu untuk bertelur, antara lain di pantai Ngagelan, Banyuwangi Selatan. 

Wilayah ini termasuk Taman Nasional Alas Purwo, Pantai Sukamade, Meru Betiri, Kepulauan Berau, Kalimantan Timur, Pantai Pengumbahan, Sukabumi, Jawa Barat, Kepulauan Natuna Selatan, Sambas Paloh, Kalimantan Barat, Kepulauan Anambas, Pesisir Pantai Kepala Burung, Manokowari, Irian Jaya dan gugusan pulau-pulau di Senayang, Riau Kepulauan.

a. Teknik Penangkaran

Penyu yang medarat di Panta Sukamade diberi tanda berupa pemasangan logam monel bernomor. Tanda ini dipasang pada pangkal kaki depan kiri. 

Kegiatan pemasangan tanda dilakukan setiap malam dari pukul 18.00-24.00, bersamaan dengan pemantauan penyu di pantai. 

Penemuan ini dicatat sebagai keterangan mengenai penyebaran penyu tersebut. Informasi lain yang diharapkan diperoleh dari pemsangan tanda ini adalah untuk mengetahui perkiraan jumlah penyu, kekerapan peneluran, dan prilakunya pada saat bertelur.

Dari keterangan yang diperoleh melalui pemasangan tanda ini diketahui bahwa rata-rata seekor penyu bertelur dalam satu musim sebanyak 3-4 kali dengan selang waktu 14-30 hari. 

Setelah 2-4 tahun, penyu-penyu yang bertelur pada suatu musim akan datang kembali untuk bertelur.

Penyu bertelur pada malam hari, antar pukul 18.00-06.00. Waktu yang diperlukan seekor penyu untuk bertelur, sejak muncul dari laut hingga kembali ke laut, adalah 2 setengah jam. 

Untuk pengamanan telur dan tukik, dilakukan pemindahan dari sarang alami ke tempat penetasan semi-alami yang dilindungi pagar pengaman. 

Sarang-sarang ini diberi tanda registrasi untuk memudahkan pengawasan dan pencatatan. Jumlah telur rata-rata jenis penyu berbeda-beda. 

Penyu hijau menghasilkan 106 butir, penyu lekang 116, penyu sisik 160, dan penyu belinbing 87 butir. Masa inkubasi rata-rata untuk semua jenis penyu adalah 50 hari, dengan kisaran 46-60 hari. 

Setelah telur menetas menjadi tukik, segera lepas ke laut. Para pengunjung juga dapat turut serta melepas tukik ke laut, sehingga pelepasan tukik ini menjadi arena pacuan tukik.

Untuk menjamin penetasan yang tinggi maka telur yang ditetaskan dipilih yang kulitnya agak keras. Selesai diseleksi, maksimal 2 jam setelah dikeluarkan oleh penyu betina, telur ini harus langsung dikubur dalam lubang semi-alami sedalam 50 cm dan diameter 50 cm. 

Satu lubang berisi 50 butir telur. Jarak antar lubang 50x50 cm. Penetasan dilakukan pada musim kemarau agar tercapai suhu pasir 28-29 derajat celcius. 

Kalau suhu terlalu tinggi, permukaan pasir disiram, sebaliknya jika suhu terlalu rendah sulit diatas. Suhu yang terlalu tinggi akan menghasilkan tukik jantan lebih banyak, sebaliknya bila suhu terlalu rendah kebanyakan yang dihasilkan adalah tukik betina. 

Yang ideal adalah menghasilkan jumlah tukik jantan dan betina yang seimbang. Setelah menetas, tukik-tukik ini akan keluar sendiri berkeliaran di sekitar sarang. 

Untuk mengumpulkannya, dipasang lampu perangkap. Tukik secara otomatis akan berkumpul di sekitar lampu. Tukik kemudian dimasukkan ke dalam bak penampungan menunggu saat pelepasan. 

Di Pengumbahan, Sukabumi, Jawa Barat, tukik yang dilepas ke laut berumur antara 0-90 hari. Untuk menekan mortalitas, tukik dilepas pada malam hari tatkala musush alaminya tidak ada. 

Tempat pelepasan dipilih pantai berkarang sehingga tukik dapat berlindung dari ikan-ikan pemangsa.

Di Kecamatan Senayang, Riau Keplauan, penetasan teur penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dilakukan dalam bak beton yang disemen berukuran 6 x 2 x 1,3 meter kubik dan didalamnya diiisi pasir. 

Pada pasir kemudian digali lubang/sarang sebanyak 30 buah dengan diameter 50 cm dan dalam 50-60 cm. Sarang tersebut, dimasukkan telur penyu sebanayak 80-140 butir, yang berarti bak tersebut menampung 2.400-4.200 butir telur.

Proses penetasan berlangsung selama 55 hari. Tukik yang baru menetas dipindahkan ke dalam baskom plastik yang berdiameter 1 meter. 

Setelah itu, tukik dipindahkan kolam laut untuk dibesarkan selama 3-6 bulan, hingga bobotnya mencapai 250-700 gram/ekor, yang kemudain dilepas ke laut.

Makanan yang diberikan berupa ikan rucah, kerang-kerangan, dan ikan bilis yang semuanya diperoleh dari hasil penangkapan nelayam di laut. 

Tukik yang berumur 1-7 hari diberi makanan tambahan berupa serbuk serabut kelapa dan tepung bilis. Frekuensi diberikan 2 kali sehari, pada pagi dan sore hari.

b. Penyakit Yang Biasa Menyerang Penyu

Jenis penyakit yang biasa menyerang tukik yang dibesarkan adalah jamur yang menyerang bagian mata, hidung, dan mulut (sementara di perairan anus dan saluran pencernaan). 

Tanda-tanda tukik yang terserang penyakit jamur dalah bagian hidung dan lingkaran mata berjamur, lapisan tempurung sisik merenggang, dan di sela-sela tempurung keluar nanah bercampur darah segar. 

Cara pengobatannya bisa dengan mengoleskan kunyit dan gambir pada bagian yang terserang, atau dengan menyuntikkan bahan-bahan kimia seperti kal-oxy, terramcyin, dan procain penicilin.

Wilayah-wilayah yang telah ditunjuk sebagai lokasi penangkaran masih dapat dioptimalkan untuk meningkatkan persentase kehidupan jumlah dapat dioptimalkan untuk meningkatkan persentase kehidupan jumlah tukik. 

Selain melepaskan tukik pada malam hari, juga perlu dilakukan pembesaran sementara sampai tukik itu bisa menghindar dari predator. 

Dengan demikian jumlah tukik yang besar menjadi penyu dewasa dapat ditingkatkan. Secara alami, jumlah tukik yang dapat mencapai ukuran penyu dewasa adalah 1-3 ekor/1.000 ekor.

Jika penangkaran di Pantai Sukamade melepas tukik penyu hijau dalam sepuluh tahun sebanyak 622.911 ekor, berarti dalam setahun sekitar 62,991 tukik yang dilepas. 

Bila tercatat 10 tempat penangkaran dalam setahun sekitar 622.911 tukik penyu hijau yang dilepas. Jika 3 persen yang dapat hidup berarti sebanya 18.687 ekor penyu hijau yang berhasil dikembalikan ke laut. 

Sementara itu, populasi tukik yang berhasil menjadi penyu dewasa secara alamiah di pantai-pantai yang bukan kawasan penangkaran tidak diketahui dengan pasti.

Untuk kedepannya perlu dibuat turtle marine ranching sebagai upaya pembudidayaan penyu, sebagaimana yang dilakukan oleh Grandcayman and Co di Cuba, Amerika Serikat. 

Hal ini karena masih banyak pantai di Indonesia yang cocok untuk upaya ini. Di Grandcayman and Co tersebut, generasi penyu kedua atau ketiga sudah diperdagangkan.

Pembudidayaan penyu semakin terbuka, selain wilayah perairan Indonesia, juga karena kawasan penangkaran mulai menguasai teknologi pembudidayaannya. 

Untuk langkah awal perlu dilakukan domestikasi (penjinakan) untuk memperoleh induk. Induk bisa diperoleh dari kawasan-kawasan penangkaran. 

Domestikasi induk dilakukan bersamaan dengan pemeliharaan tukik sampai menjadi penyu dewasa untuk mengetahui tingkah lakunya.

Untuk mencapai ukuran konsumsi, penyu membutuhkan waktu 3-4 tahun. Pada umur diatas 3 tahun, penyu sisik (Eretmochelys imbricata) sudah mencapai dewasa, sementara penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea) membutuhkan waktu 7-8 tahun. 

Pertumbuhan penyu budidaya lebih cepat dibandingkan penyu yang hidup di alam bebas, karena penyu budidaya aktifitasnya rendah sehingga sebagian besar energinya digunakan untuk pertumbuhan.

Indonesia bisa belajar teknologi budidaya penyu dari India, Kuba, Taiwan, dan negar-negara lainnya yang telah berhasil membudidayakan penyu. 

Pemerintah perlu mendorong pihak swasta terlibat dalam upaya ini, apalagi selama ini beberapa perusahaan swasta sudah terlibat dalam penangkaran penyu di lokasi-lokasi penangkaran sebagai pemilik konsesi habitat penyu.

Upaya pembudidayaan terkontrol tidak hanya menyediakan penyu untuk konsumsi dan penebaran kembali (restoking), tetapi juga menjadi kawasan wisata yang menarik. 

Penyu adalah hewan purba yang unik yang hidup di laut, sehingga tidak hanya bisa dikonsumsi dan dibuat cinderamata dan perhiasan, namun juga menjadi tontonan yang unik.