Selama proses pembudidayaannya, secara perlahan-lahan terjadi pemisahan tipe, yaitu tipe yang diusahakan untuk dijadikan sayuran dan tipe yang diusahakan untuk diambil bijinya dan digunakan sebagai makanan ternak,.
Kacang kapri tipe polong, yang kini banyak dikonsumsi sebagai sayuran merupakan hasil evolusi yang lebih baru.
Kapri memiliki batang ramping dan persegi berongga, kecuali dibagian pangkalnya.
Akar tunggangnya dapat tumbuh hingga kedalaman 80 cm, namun sistem perakarannya berkembang secara terbatas meskipun memiliki banyak akar lateral.
Tergantung pada kultivarnya, kapri memiliki bentuk daun yang beragam, mulai dari kultivar yang memiliki anak daun lebar hingga kultivar yang hampir daunnya berubah menjadi sulur.
Daun berwarna hijau hingga biru gelap dan permukaannya dilapisi oleh lilin.
Salah satu tanaman kacang-kacangan yang memiliki kedekatan jenis dengan kapri adalah kacang ercis atau kacang polong.
Bahkan antara kapri dan ercis seringkali dicampur adukkan.
Ercis dibawa masuk ke Indonesia oleh Belanda, di masa penjajahan karena orang-orang Belanda menyukai ercis sebagai bagian dari salad atau sup.
Akan tetapi, berbeda dengan kapri, ercis hanya dimakan bijinya dan hampir tidak pernah dimakan dengan polongnya seperti halnya kapri.
Biji ercis kaya akan karbohidrat dan protein sehingga cepat memberikan rasa kenyang bila dikonsumsi. Ercis biasa dijual dalam bentuk segar (dengan polong) atau dalam kemasan plastik atau kaleng, dikeringkan maupun dibekukan.
Adapun cara menanam kacang kapri adalah sebagai berikut :
1. Perbanyakan Tanaman
Kacang kapri diperbanyak secara generatif menggunakan biji yang langsung ditanam di lapang.
Biji ditanam dengan jarak 2-5 cm di dalam barisan dan 35 cm antar barisan, atau dibuat 2 baris pada bedengan dengan lebar 75 cm.
Biji tersebut ditanam pada kedalaman 2-4 cm. Penanaman pada kedalaman lebih dari 5 cm tidak dianjurkan. Untuk areal tanam seluas 1 ha dibutuhkan benih sebanyak 70-110 kg.
Benih kacang kapri berkecambah pada kisaran suhu yang luas.
Jika areal tanam sudah lama tidak ditanami dengan kacang-kacangan, biji hendaknya diinokulasi dengan bakteri Rhizobium dari spesies yang tepat sebelum ditanam.
Selain itu, benih hendaknya diberi perlakuan fungisida dan insektisida untuk mengantisipasi serangan patogen penyebab penyakit dan serangan hama selama perkecambahan, namun perlakuan tersebut harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai meracuni Rhizobium.
Tanaman dengan tipe memanjat perlu diberi lanjaran atau penopang, apabila dibiarkan tumbuh tanpa lanjaran (dibiarkan diatas tanah) hasilnya dapat berkurang.
Benih berkualitas tinggi sangat diperlukan dalam budidaya kapri, dan benih merupakan salah satu komponen yang memerlukan biaya besar dalam produksi kapri.
Kualitas benih dapat dievaluasi melalui pengukuran terhadap konduktifitas listrik air rendaman benih.
Meningkatnya konduktivitas larutan disebabkan oleh kebocoran dari benih sehingga makin tinggi konduktivitas akan semakin besar penurunan kualitas benih.
2. Penanaman
Benih kapri ditanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam yang telah disiapkan.
Pembuatan lubang tanam biasanya dilakukan dengan cara ditugal, yaitu melubangi tanah menggunakan kayu runcing berdiameter 3-5 cm.
Ke dalam setiap lubang dapat ditanam 1-3 benih.
Apabila benih yang berkecambah lebih drai satu disetiap lubang tanam maka perlu dilakukan penjarangan, dengan menyisakan satu tanaman yang paling sehat pertumbuhannya.
Hal ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya persaingan dalam mendapatkan air dan unsur hara sehingga tanaman dapat tumbuh dengan maksimal.
Areal pertanaman kapri hendaknya berupa bedengan dengan ketinggian 20-30 cm, lebar 75-90 cm, dan panjnag disesuaikan dengan kebutuhan atau ketersediaan lahan.
Pembuatan bedengan dimaksudkan agar tanaman tidak terendam akibat curah hujan yang berlebihan karena kapri tidak tahan terhadap genangan air dan tanaman akan mati dalam tempo 24-48 jam, pada tanah jenuh air.
Penggunaan mulsa plastik hitam perak sangat dianjurkan untuk mendapatkan hasil dengan kuantitas dan kualitas yang baik.
Penggunaan mulsa plastik dapat menekan pertumbuhan gulma dan mengurangi kehilangan pupuk akibat tercuci oleh air hujan atau siraman.
3. Pemupukan
Pada saat pengolahan tanah, lahan hendaknya diberi pupuk kandang atau kompos.
Dosis pupuk yang diberikan disesuaikan dengan luas lahan yang akan ditanami kapri, umumnya sebanyak 10-20 ton/ha.
Lahan dicangkul lalu digemburkan sembari menebarkan pupuk kandang yang sudah disiapkan secara merata.
Setelah pupuk bercampur merata baru kemudian dibentuk bedengan-bedengan.
Meskipun bintil akar pada kacang kapri mengikat N setelah tanaman tumbuh dewasa, pemupukan N (kira-kira 90 kg/ha) sebelum tanam tetap diperlukan.
Selain itu, simbiose kapri dengan Rhizobium mengakibatkan tanaman ini relatif kurang responsif terhadap pemupukan, terutama nitrogen.
Oleh karena itu, diperlukan suplai nitrogen tamabhan dari pupuk, terutama bilamana pembentukan bintil akan sangat terbatas atau tidak terbentuk sama sekali.
Pupuk P juga perlu diberikan sebelum tanam dengan dosis sedikit lebih tinggi dari N.
Pada tanah dengan kandungan K rendah, hendaknya dilakukan pemberian pupuk campuran (NPK) dengan komposisi 4-12-4.
Pupuk diberikan dengan cara menempatkannya di dalam lubang yang dibuat di sekitar tanaman, lalu ditutup dengan tanah.
Dengan cara ini, pemupukan akan efektif, berpengaruh maksimal dan tiak boros.
4. Pemeliharaan
Dikarenakan sifat pertumbuhannya yang merambat (memanjat), kapri perlu untuk dibuatkan lanjaran sebagai temapat rambatannya.
Lanjarannya hendaknya terbuat dari potongan bambu yang dibelah atau dahan-dahan sisa yang tidak mungkin lagi tumbuh menjadi tanaman baru.
Tindakan pemeliharaan yang lain adalah penyiangan gulma dan penyiraman.
Kapri termasuk tanaman yang perkecambahannya lambat sehingga sering kali gulma menjadi permmasalahan yang serius, terutama awal minggu penanaman karena pertumbuhan gulma lebih cepat daripada perkecambahan kapri.
Gulma tidak saja merugikan kapri sebagai pesaing dalam mendapatkan air dan unsur hara, tetapi gulma menjadi inang bagi berbagai hama dan patogen penyebab penyakit.
Oleh karena itu, untuk mengurangi persaingan dengan gulma hendaknya hindari penanaman pada lahan yang pernah ditumbuhi oleh gulma menahun.
Upaya lain adalah meningkatkan kerapatan tanaman, seperti 20-30 tanaman permeter persegi sehingga kapri dapat bertahan dalam persaingan dengan gulma.
Kapri tergolong ke dalam tanaman yang cukup efisien dalam permanfaatan sumber daya air karena sistem perakarannya dangkal, namun tanaman ini peka terhadap kekeringan.
Oleh karena itu, penyiraman perlu dilakukan, terutama bila menanam di akhir musim penghujan.
Apabila menanam dalam musim penghujan maka perlu dilakukan pemeliharaan saluran drainase agar air tidak menggenang di areal pertanaman.
Genangan air dan tanah yang lembab dapat memicu terjadinya serangan patogen.
Baca Juga Disini : 5 Cara Menanam Bawang Merah Lengkap dan Mudah
4 Cara Menanam Sawi Yang Benar dan Mudah
Jenis-jenis Pepaya Unggul Yang Enak dan Populer di Masyarakat