4 Cara Menanam Sawi Yang Benar dan Mudah

Beberapa jenis sawi yang dikenal, hanya pe-tsai, choy sum dan sawi putih yang banyak diusahakan oleh petani di Indonesia di berbagai daerah sentra produksi. 

Produksi sawi (khususnya pe-tsai dan bok choy) Indonesia selama kurun waktu 2017-2019 memperlihatkan kecenderungan yang menurun, meskipun pada tahun 2020 terjadi sedikit peningkatan dari tahun sebelumnya. 

Sawi merupakan tanaman dikotil berbentuk perdu dengan sifat pertumbuhannya dwi musim. 

Biarpun begitu, pe-tsai (bok choy), chot sum (sawi bakso) dan sawi putih atau sawi jabung banyak ditanam petani Indonesia, umumnya diusahakan sebagai tanaman semusim.

Di Indonesia, jenis sawi yang banyak dikenal adalah pe-tsai (B. campestris grup Chinensis, disebut juga B. Pekinensis), choy sum atau chai sim (juga termasuk B. campestris grup Chinensis), sawi putih atau sawi jabung (B. campestris grup Pekinensis). 

Pe-tsai atau bok choy termasuk ke dalam grup pekinensis dan memiliki bentuk kepala (krop) kompak memanjang yang mirip dengan selada, daun duduk (sesil) agak berkerut, kasar, rapuh dan berambut halus dengan tulang daun utama berwarna cerah. 

Sementara itu, choy sum atau chai sim memiliki daun lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau, halus tidak berambut, dengan tangkai yang panjang, langsing, berwarna putih kehijauan, serta tidak membentuk krop. 

Rasanya renyah, segar dan agak pahit. Choy sum alias sawi bakso alias sawi cina merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasar dewasa saat ini. 

Selanjutnya, sawi putih memiliki daun agak halus dan juga tidak berbulu, berwarna hijau keputihan, bertangkai pendek dan bersayap yang melengkung ke bawah.

Adapun cara menanam sawi ini terbagi menjadi beberapa tahap yaitu sebagai berikut :


1. Tahap Persiapan Lahan

Budidaya Brassica campestris sama seperti halnya dengan budidaya B. oleracea, sehingga dapat diusahakan di tempat yang sama, serta cara yang sama dengan budidaya tanaman kubis. 

Persiapan lahan untuk pertanaman sawi juga tidak jauh berbeda dengan tanaman kubis.

Lahan untuk pertanaman sawi, terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm dan digemburkan. 

Setelah tanah menjadi gembur, dibuat bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur untuk memaksimalkan penetrasi cahaya matahari. 

Lebar bedengan kurang lebih 100 cm dengan tinggi 30 cm dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. 

Jarak antar bedengan perlu dibuat jarak kurang lebih 30 cm untuk memberikan ruang gerak yang memadai dan mempermudah pemeliharaan tanaman. 

Apabila keasaman tanah cukup tinggi (pH lebih kecil dari 6,0) sebaiknya lakukan pengapuran dengan dolomit (CaMg(CO3)2) atau kalsit (CACO3), yang di berikan saat pengolahan tanah.


2. Tahap Perbanyakan Tanaman dan Penanaman

Perbanyakan sawi umumnya menggunakan benih karena lebih efisien, lebih ekonomis, dan menghemat tenaga kerja. 

Seperti halnya benih kubis, benih sawi berbentuk bulat, kecil, keras, berwarna coklat kehitaman dengan permukaan licin mengkilap. 

Benih yang akan ditanam hendaknya berkualitas yang baik, jelas varietasnya, dan dikemas secara utuh (kemasan yang baik harus terbuat dari bahan kedap udara, seperti aluminium foil). 

Apabila petani bermaksud memproduksi benih sendiri maka benih tersebut harus didapatkan dari tanaman berumur lebih dari 70 hari, dan benih harus digunakan dalam waktu 3 tahun pada penyimpanan suhu kamar. 

Sawi yang akan dijadikan sebagai tanaman induk penghasil benih, hendaknya ditanam terpisah dari tanaman sawi yang lain. 

Benih yang baik dicirikan oleh warnanya yang hitam mengkilap dan berasal dari tanaman yang tumbuh sehat.

Benih sawi dapat ditanam langsung di lahan dengan kedalaman 0,5-1,5 cm atau disemaikan terlebih dahulu di bedeng persemaian. 

Apabila melalui penyemaian, sebaiknya benih sawi direndam di air hangat kuku selama 2-3 jam untuk memecah dormansi. 

Selanjutnya, benih disebar secara merata pada permukaan persemaian, lalu ditutup dengan media semai dan disiram air. 

Media persemaian terdiri atas campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. 

Selain itu, persemaian hendaknya diberi naungan untuk menghindari terinya sinar matahari, yang dapat mengganggu perkecambahan benih. 

Pada umumnya, benih akan berkecambah dalam waktu 4-5 hari setelah disebar. Kebutuhan benih untuk lahan seluas 1 ha adalah sekitar 650-700 gram.

Setelah bibit memiliki daun 4-5 helai (kira-kira berumur 1 bulan sejak semai), bibit tersebut dapat dipindahkan ke lapang (bedengan). 

Bibit ditanam pada jarak tanam 40 cm di dalam barisan dan 40 cm antar barisan. 

Sebaiknya, tanamkan 2-3 bibit perlubang tanam, untuk nantinya hanya satu bibit yang sehat dan kuat saja yang dibiarkan tumbuh hingga dewasa, sedangkan sisanya dibuang atau digunakan untuk menyulam atau ditanam pada lahan lain.


3. Tahap Pemupukan

Pada waktu pengolahan tanah dengan pupuk kandang kotoran ruminansia atau kotoran unggas sebanyak 10-15 ton/ha. 

Di samping itu, dianjurkan pula untuk memberikan pupuk N sebanyak 60-112 kg/ha, P sebanyak 60-85 kg/ha dan K sebanyak 60-85 kg/ha, yang setengahnya diberikan saat tanam (atau dapat diberikan 2 minggu setelah pemindahan ke lapang), sedangkan sisanya diberikan segera setelah penjarangan atau 2 minggu setelah pemupukan pertama.


4. Tahap Pemeliharaan

Penjarangan tanaman perlu dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang sesuai dengan ukuran dewasa tanaman. 

Tanaman yang disingkirkan ketika penjarangan digunakan untuk penyulaman atau ditanam di lahan yang lain. 

Selain penjarangan, perlu juga dilakukan penyulaman apabila ada tanaman yang mati. 

Caranya dengan mengganti tanaman yang mati atau terserang hama atau penyakit dengan tanaman baru dan sehat.

Penyiangan dilakukan setelah melihat pertumbuhan gulma di lapang. 

Penyiangan biasanya dilakukan sebanyak 2-4 kali selama masa tanam, yang dimulai umur 1-2 minggu setelah tanam. 

Sebaiknya, ketika penyiangan gulma dilakukan pula penggemburan tanah, pengguludan, dan perbaikan drainase secara bersamaan.

Penyiraman atau pengairan dilakukan dengan melihat keadaan cuaca dan iklim. 

Di musim penghujan, ketersediaan air cenderung berlebih maka perlu dilakukan pembatasan pemberian air dan perlu perbaikan saluran drainase. 

Sebaliknya, dimusim kemarau, lahan perlu diairi secara memadai untuk mencukupi kebutuhan tanaman.

 Apabila hari tidak terlalu panas maka penyiraman dilakukan sekali sehari, pagi atau sore hari.