Cara Mudah Beternak Jangkrik di Rumah Untuk Pemula

Dahulu, masyarakat mencari jangkrik di alam untuk dijadikan sebagai aduan. 

Penangkapan biasanya dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana, yakni menggunakan jaring atau bahkan dengan tangan kosong. 

Oleh karena jangkrik dicari pada malam hari, para pencari jangkrik harus menggunakan alat penerangan lampu petromaks yang juga berfungsi untuk memudahkan pencarian. 

Biasanya, jika musim kawin tiba, didekat lampu petromaks yang diletakkan di lokasi yang diduga banyak terdapat jangkrik, dalam waktu singkat akan berkumpul ribuan jangkrik.

Lain dulu, lain sekarang, pemanfaatan jangkrik sebagai hewan aduan mulai jarang dijumpai. 

Hal ini karena seiring berkurangnya habitatnya jangkrik sudah jarang ditemukan. 

Padahal, saat ini jangkrik banyak digunakan sebagai pakan hewan peliharaan seperti burung atau arwana. 

Burung yang diberi pakan jangkrik dapat meningkatkan kualitas suara atau kicauannya. 

Sementara arwana yang diberi pakan jangkrik dipercaya akan memiliki warna tubuh yang cemerlang.

Lalu, bagaimana mendapatkan jangkrik untuk memenuhi kebutuhan para hobiis arwana dan burung? 

Mudah saja, lakukan ternak jangkrik di rumah. 

Hal ini karena beternak jangkrik tidaklah sesulit yang dikira. 

Selain itu, biaya yang dibutuhkan untuk memulainya juga tidak mahal.

A. Tempat Pemeliharaan

Beternak jangkrik bisa menjadi salah satu pilihan usaha yang dilakukan di rumah karena  tidak memerlukan tempat pemeliharaan yang khusus. 

Penempatannya pun cukup beragam, bisa dengan cara digantung atau diletakkan di salah satu pojokan rumah.

B. Beternak Jangkrik

Hal-hal yang harus disiapkan dalam beternak jangkrik antara lain sebagai berikut ;

1. Wadah Pemeliharaan dan Peralatan Pendukung

Wadah yang digunakan untuk beternak jangkrik terbilang bebas, asalkan sesuai dengan syarat tempat pemeliharaan, yakni harus lembab dan luas agar jangkrik leluasa bergerak. 

Berikan penutup pada bagian atas wadah agar jangkrik tidak ada yang keluar dari wadah atau bisa juga dengan menggunakan wadah yang tinggi sehingga jangkrik hanya mampu melompat semampunya. 

Jika hanya untuk sekadar menghasilkan anakan jangkrik (klondo) maka wadah tidak perlu ditutup, cukup diberikan lakban pada pinggir atasnya.

Beberapa wadah yang dapat digunakan untuk beternak jangkrik adalah toples plastik, ember besar, atau lemari kabinet yang sudah tidak terpakai. 

Jika dari sekian wadah yang telah idsebutkan tidak ada, bisa juga membuat kotak dengan menggunakan bahan-bahan yang murah seperti tripleks, papan kayu, atau bambu.

Sebagai binatang malam, jangkrik akan bersembunyi pada siang hari. 

Oleh karena itu, pada wadah perlu diberikan tempat persembunyian berupa dedaunan yang sudah kering seperti daun pisang, daun jati, daun tebu, daun kluih atau kulit tongkol jagung. 

Dedaunan tersebut diletakkan di tengah wadah.

2. Pemilihan Induk

Setelah wadah siap, langkah selanjutnya adalah memilih indukan yang berkualitas. 

Hal ini penting agar dihasilkan telur yang juga baik. 

Induk yang baik dapat dilihat dari kondisi dan penampilannya. 

Anggota tubuh dari induk yang dikawinkan harus lengkap, mulai dari sungut sampai kaki-kakinya.

Berikut beberapa hal yang perlu diketahui seputar induk jangkrik.

a. Ovipositor

Ovipositor merupakan alat untuk bertelur yang dimiliki oleh jangkrik betina. 

Jika tidak ada ovipositor, mustahil perkawinan bisa terjadi. 

Namun, pada jangkrik yang dijual dipasar, ovipositornya tidak sempurna, bahkan kadang sudah pecah. 

Oleh karena itu, lebih baik jika indukann yang digunakan merupakan hasil ternak sendiri, asalkan belum mencapai keturunan ke-4.

b. Media Bertelur

Seperti halnya hewan lain, jangkrik juga membutuhkan tempat yang nyaman untuk dapat berkembang biak, baik itu pada saat kawin maupun bertelur. 

Terdapat dua media yang dapat digunakan untuk menunjuang proses bertelurnya jangkrik, yaitu pasir haus atau kain. 

Media tersebut diletakkan didasar wadah pemeliharaan induk. 

Sebaiknya, pasir yang digunakan sudah bebas dari kotoran dan bebatuan. 

Caranya adalah dengan melakukan pengayakan sampai benar-benar halus. 

Sementara itu, kain yang digunakan adalah kain katun (bahan kaos) atau kain strimin.

c. Supaya Induk Dapat Bertelur Secara Optimal

Padat tebar indukan jangkrik juga harus diperhatikan. 

Misalnya, wadah berdimensi 25 cm x 50 cm x 30 cm bisa menampung induk sebanyak 300 ekor. 

Di alam, seekor induk jantan bisa membuahi 3-5 betina. 

Namun, jika induk dari hasil ternak, seekor jantan lebih baik dipasangkan dengan seekor betina sehingga perbandingannya hanya 1 :1. 

Hal ini karena indukan alam lebih kuat daya tahan tubuhnya serta lebih agresif dibandingkan indukan hasil ternak. 

Jika induk jantan hasil ternak dipaksakan membuahi beberapa betina sekaligus, akan beresiko ada telur yang tidak dibuahi (infertil).

Sebelum dikawinkan, sebaiknya induk yang akan digunakan sudah dipisahkan dari jangkrik lain dan dijemur terlebih dahulu pada pagi hari selama satu jam. 

Hal ini bertyjuan agar daya tahan tubuh induk lebih baik saat berlangsungnya perkawinan. 

Dengan demikian, kualitas telurnya pun ikut membaik.

Baca Juga Disini : 6 Cara Ternak Lovebird Mudah dan Lengkap Bagi Pemula

6 Cara Budidaya Ternak Ayam Petelur Lengkap dan Mudah Untuk Pemula

Cara Ternak Ayam Pedaging (Broiler) Lengkap Bagi Pemula

3. Penanganan Telur Jangkrik

Setelah induk melakukan perkawinan, diharapkan induk akan menghasilkan telur yang berkualitas. 

Untuk itu, diperlukan penanganan yang baik, terutama dari segi penanganan induk, media yang diperlukan, sampai pengaturan kelembaban. 

Di alam, jangkrik dapat bertelur hingga 16-24 kali selama 1 periode, lalu kemudian akan mati. 

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah telur jangkrik pada awal penetasan tidak banyak, yakni hanya sekitar 4-6 butir. 

Namun, jumlahnya akan semakin meningkat sampai peneluran ke-8. 

Setelah itu, produktivitasnya akan menurun kembali. 

Selama satu periode tersebut, jumlah telur yang dihasilkan bisa mecapai 1.000 butir.

Setelah dirasa induk sudah selesai melakukan perkawinan, pisahkan telur yang sudah terkumpul pada media, yakni sekitar empat hari sekali. 

Jika menggunakan media pasir, pemisahan telur dilakukan dengan melalui pengayakan. 

Butir-butir pasir yang halus akan lolos sehingga yang akan tersisa hanya telur jangkrik didalam ayakan. 

Jika menggunakan kain, hanya perlu melipat kain kemudian disemprot dengan air secukupnya.

Untuk mendapatkan telur jangkrik yang berkualitas, diperlukan ketelitian dalam memilih telur yang baik dan jelek. 

Hal ini bisa dilihat dari kondisi fisiknya. 

Jika pada telur terlihat berjamur, menggumpal, kering dan berkerut, pertanda telur dalam kondisi jelek. 

Telur-telur jangkrik akan mengalami perubahan sampai menjelang penetasan, yaitu sekitar 10-15 hari. 

Selain itu, kondisi yang dapat menunjang proses penetasan telur adalah lembap, tetapi tidak selalu basah. 

Cara untuk menjaga kelembapan yang demikian adalah dengan melakukan penyemprotan secukupnya setiap harinya. 

Jika menggunakan kain, telur harus dibolak-balik dengan cutton bath agar tidak menggumpal.

c. Memelihara Jangkrik

Jika ingin menghasilkan jangkrik-jangkrik siap jual maka harus dilakuakn pembesaran dari bayi-bayi jangkrik yang bisa langsung dilakukan pada wadah yang sama. 

Harus diperhatikan dalam memelihara jangkrik yang paling utama adalah makanan, kelembapan, dan kondisi wadah yang membuat jangkrik tidak keluar dari dalam wadah. 

Dengan demikian, kegagalan dalam pembesaran dapat dimimalisir.

1. Menyesuaikan wadah

Wadah pemeliharaan yang digunakan sebaiknya dimodifikasi agar jangkrik yang dipelihara tidak keluar wadah, yakni dengan melakban pinggiran wadah. 

Permukaan wadah yang licin akan membuat jangkrik sulit untuk memanjat. 

Pemasangan lakban harus benar-benar melekat pada wadah. 

Untuk itu, sebelum lakban direkatkan, pastikan pinggiran  wadah sudah benar-benar bersih dari kotoran.

Selain itu, seandainya wadah pemeliharaan terbuat dari tripleks yang rangkaiannya menggunakan lem, pastikan bahwa residu lem tersebut hilang. 

Cara sederhana yang dapat dilakukan untuk menghilangkan bau lem adalah membaluri tripleks dengan lumpur terlebih dahulu.

2. Pakan

Jangkrik yang baru menetas biasanya akan berkumpul disekitar kulit telur untuk memakan sisa cairan telurnya. 

Setelah itu, jangkrik akan bergerak menuju air di sekitar pasir atau kain penetasan. 

Secara alami, bayi jangkrik akan muncul mencari makan pada hari kedua setelah penetasan. 

Jangkrik menyukai makanan berupa sayuran yang mengandung air seperti sawi, kol, daun singkong, atau gambas yang pemberiannya dapat dilakukan secara bergantian setiap harinya.

Sebagai tambahan, untuk mempercepat pertumbuhan anak jangkrik, dapat diberikan pakan konsentrat yang sudah bisa diberikan setelah jangkrik berumur tujuh hari. 

Pakan konsentrat yang digunakan berupa pakan ayam broiler. Sebenarnya, konsentrat dapat dibuat sendiri, yakni dengan menggiling bahan-bahan yang terdiri dari campuran jagung, beras merah, bekatul (1 : 1 : 2) hingga menjadi tepung. 

Dosis pemberian cukup satu sendok teh per wadah.

3. Kelembapan

Kelembapan merupakan faktor yang menunjang proses jangkrik bertelur. 

Untuk itu, kelembapan harus selalu terjaga agar resiko kegagalan menetas atau kematian jangkrik dalam wadah dapat diminimalisir. 

Selain dengan penyiraman, penambahan botol bekas yang diisi air dan ditutup dengan kapas juga bisa dilakukan untuk menjaga kelembapan wadah pemeliharaan.

4. Mengatasi Kanibalisme Pada Jangkrik 

Jangkrik merupakan binatang yang dapat menyerang dan memakan sesamanya jika merasa lapar. 

Namun, hal ini hanya dalam kondisi tertentu saja, yaitu pada saat jangkrik berganti kulit. 

Pada masa ini, tubuh jangkrik akan melemah dan tidak banyak bergerak sehingga mudah diserang oleh jangkrik yang lebih besar dan kuat. 

Untuk mengatasinya, ketersediaan makanan dalam wadah harus diperhatikan dan harus selalu diberikan jika sudah habis. 

Selain itu tempat persembunyian dalam wadah juga harus ditambahkan. 

Hal ini akan meminimalisir jangkrik yang kuat menyerang jangkrik yang sedang ganti kulit.

5. Hindari Jangkrik Dari Musuhnya

Di habitat alaminya, jangkrik memiliki musuh, diantaranya adalah semut, cicak, laba-laba dan kecoa. 

Untuk mencegah serangan hama-hama tersebut, lakukan cara-cara berikut :

a. Jangan letakkan wadah menempel di dinding.

b. Jika hama yang menyerang berupa semut maka pada kaki wadah dipasang kaleng atau wadah kecil yang diisi minyak tanah atau oli.

c. Gunakan kapur anti serangga yang diberikan dengan cara menggoreskannya di sekitar kaki wadah atau pada tempat-tempat yang biasa dilalui oleh semut.

d. Menutup bagian atas wadah dengan kain kasa.

6. Jangkrik pun Bisa Sakit

Jika jangkrik yang diternak terlihat gejala kurang nafsu makan dan lemas, bisa jadi pertanda bahwa jangkrik sedang terserang penyakit. 

Tanda lain yang menunjukkan jangkrik sedang sakit adalah akan berlompatan saat tutup dibuka. 

Penyakit diare juga kerap menyerang jangkrik yang ditandai dengan keluarnya cairan dari mulut jangkrik disertai dengan kotoran yang lembek dan cenderung encer. 

Berikut adalah cara-cara yang bisa dilakukan untuk mencegah datangnya penyakit.

a. Berikan bahan yang bersih dan terhindar dari residu bahan-bahan kimia.

b. Jangan biarkan makanan terlalu lama berada di dalam wadah.

c. Bersihkan kotoran dan sisa makanan setiap dua hari sekali.

d. Hindari kelembapan yang terlalu tinggi.

e. Hindari penyemprotan langsung pada badan jangkrik.

D. Panen

Untuk dijadikan makanan burung dan ikan arwana, jangkrik harus memenuhi beberapa ketentuan tertentu. 

Sebelum beternak perlu diketahui pada siapa yang diternakkan akan dijual atau akan digunakan sebagai makanan apa sehingga bisa mengetahui target pasarannya setelah panen.

Peternak jangkrik bisa melakukan panen jangkrik berupa telur ataupun jangkrik dewasa. 

Biasanya, para peternak akan lebih memilih untuk menjual jangkrik dalam bentuk telur karena pemanenannya dapat dilakukan berkali-kali, yakni setiap 4-7 hari sekali.

1. Panen telur

Seiring semakin banyaknya peternak jangkrik maka permintaan telur jangkrik semakin meningkat. 

Bila tujuan beternak jangkrik menyasar para peternak maka pemanenan dapat dilakukan saat jangkrik bertelur. 

Untuk memanen telur jangkrik, media yang digunakan pada wadah sebaiknya berupa pasir sehingga memudahkan proses pemanenan. 

Peralatan yang diperlukan untuk memanen telur jangkrik antara lain, ayakan tepung, baskom, serokan plastik, kain kaos, dan air. 

Cara memanen telur jangkrik adalah sebagai berikut :

a. Masukkan air ke dalam baskom sebanyak 4/5 bagian.

b. Ambil pasir yang berisi telur dengan menggunakan serokan plastik secukupnya, kemudian tumpahkan ke dalam ayakan.

c. Ayak pasir berisi telur di permukaan air secara perlahan-lahan hingga seluruh pasir tenggelam dan hanya telur saja yang berada di ayakan.

d. Siapkan kain kaos dan letakkan di tempat datar yang bersih.

e. Ambil telur dari ayakan secara hati-hati dengan serokan plastik dan letakkan di bagian atas kaos tersebut.

f. Bungkus telur sehingga telur berada di dalam kaos tersebut.

g. Gantung kaos untuk meniriskan air dari telur selama semalam.

h. Telur jangkrikpun siap dijual.

2. Panen jangkrik untuk pakan burung dan ikan

Sebagai pakan burung, jangkrik yang dipanen adalah yang belum memiliki sayap dan biasanya di sebut klondo. 

Jika jangkrik bersayap, akan berpengaruh pada kualitas suara burung yang memakannya. 

Klondo ini dapat dipanen pada usia 40-50  hari.

Jangkrik yang digunakan sebagai pakan arwana dapat berupa jangkrik apa saja, baik klondo maupun jangkrik dewasa. 

Namun, jangkrik yang diberikan ke arwana biasanya adalah jangkrik dewasa yang sudah memiliki sayap dengan umur sekitar 55-70 hari.

Baca Juga Disini : Cara Beternak Landak Mini Mudah bagi Pemula

Cara Mudah Ternak Hamster di Rumah Bagi Pemula